KUPANG- Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB), Tanoni kepada bergelora. com di Kupang Sabtu (3/5) menduga kuat penyakit gatal-gatal yang dialami para petani rumput laut sampai mengakibatkan salah seorang petani di antaranya mati secara misterius, merupakan dampak dari meledaknya kilang minyak Montara yang mencemari hampir 90 persen wilayah perairan Indonesia di Laut Timor. [testimonial author=”Ferdi Tanoni” position=”Ketua Yayasan Peduli Timor Barat” avatar=”images/ferdinoni.jpg”]Saya menduga kuat, misteri kematian yang dialami salah seorang petani rumput laut di desa Lifuleo itu, karena wilayah perairan sekitarnya sudah terkontaminasi dengan zat-zat beracun yang dimuntahkan Montara serta yang disemprotkan oleh AMSA[/testimonial]
Berdasarkan hasil penelitian dari sejumlah ahli di Australia, kilang minyak Montara milik operator minyak PTTEP Australasia dari Thailand itu tidak hanya memuntahkan minyak mentah ke Laut Timor, tetapi juga disertai dengan zat beracun lainnya yang ikut menghancurkan ekologi serta ekosistem laut di sekitarnya yang merupakan habitatnya ikan-ikan dasar.
Kondisi ini diperparah lagi dengan aksi penyemprotan dispersant oleh Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA) untuk menenggelamkan tumpahan minyak ke dasar laut.
“Saya menduga kuat, misteri kematian yang dialami salah seorang petani rumput laut di desa Lifuleo itu, karena wilayah perairan sekitarnya sudah terkontaminasi dengan zat-zat beracun yang dimuntahkan Montara serta yang disemprotkan oleh AMSA,” katanya dengan merujuk pada kasus pencemaran minyak dari kapal tanker Exxon Valdez di Teluk Alaska, AS pada 1989.
Mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia itu menambahkan meskipun kasus pencemaran di Teluk Alaska itu terjadi lebih dari 20 tahun lalu,namun dampak terburuk baru dirasakan oleh masyarakat sekitarnya lima tahun kemudian setelah kejadian nya dan masih berlangsung sampai sekarang.
“Atas dasar itu, saya menduga kuat bahwa penyakit gatal-gatal yang dialami para petani rumput laut di Kupang Barat dan daearah-daerah lain nya di Nusa Tenggara Timur saat ini merupakan dampak langsung dari petaka Montara yang telah mencemari Laut Timor dan Laut Sabu yang sampai saat ini belum juga ditangani secara serius oleh pemerintah Australia dan Indonesia,” demikian Ferdi Tanoni. (Calvin Garry Eben-Haezer)