PALU- Penerbangan Lion Air kembali terlantarkan penumpangnya. Kali ini adalah Kontingen Federasi Panjat Tebing (FPTI) Sulawesi Tengah yang seharusnya sudah kembali dan tiba di Bandara Mutiara Sis Aljufri Kota Palu pada Jumat (6/11) malam. Namun sungguh disayangkan akibat adanya penundaan keberangkatan Lion Air dari bandara Banjarmasin mengakibatkan 18 orang kontingen Sulteng ketinggalan pesawat di bandara Balikpapan sebagai bandara transit penumpang dari Banjarmasin menuju Palu Sulawesi Tengah.
“Ini semua sangat jelas tanggung jawab pihak maskapai bukan kesalahan kami sebagai penumpang,” tegas Ketua Kontingen FPTI Sulteng sekaligus Pelatih, Obby Maulana.
Kepada Bergelora.com di Palu, Kamis (12/11) ia menyampaikan rencananya melakukan komplain dan gugatan kepada pihak Lion Air. Menurutnya pihaknya cukup bersabar lagi ketika disampaikan bahwa pihak Lion Air akan tetap memberangkatan kami dengan pesawat berikutnya dari Balikpapan pada jam 20.00 wita malam.
“Namun ketika sudah sampai waktunya makan siang, kami pun kembali meminta pihak Lion Air untuk menyediakan makan siang namun jawaban mereka dengan santainya mengatakan bahwa untuk makan siang hari ini bukan lagi tanggung jawab kami (Lion Air). Ini benar-benar membuat emosi kami semua kembali naik. Namun pada akhirnya kami pun mengalah dan harus mencari makan sendiri diluar bandara dengan dana yang sudah minim,” paparnya.
Salah satu atlit, Nur Lela yang dihubungi melalui telpon genggamnya menyampaikan dan menceritakan kronologi perjalanan mereka kepada Bergelora.com.
“Seharusnya pesawat yang akan kami gunakan yakni Lion Air JT 0940 tanggal 6 November boarding pada pukul 18. 50 Wita dari Banjarmasin – Balikpapan (transit) dan dilanjutkan dengan Pesawat Lion Air JT 0858 dengan waktu boarding pukul 20.50 Wita dari Balikpapan ke Palu. Tetapi karena delay di bandara Banjarmasin kurang lebih 2 jam sehingga tiba di Balikpapan sekitar pukul 22.00 lewat, dan pesawat maskapai Lion air Balikpapan-Palu sudah berangkat,” ujarnya.
Ketua kontingen FPTI bersama penumpang lainnya melakukan protes karena jelas hal itu bukan kesalahan penumpang. Pada saat itu juga pihak maskapai memfasilitasi penginapan kepada semua penumpang yang ketinggalan pesawat sebanyak 24 orang termasuk 18 orang kontingen FPTI Sulteng. Petugas menyampaikan akan diberangkatkan besok, sehingga sekitar pukul 23.00 semua penumpang diantar menuju Hotel Mega Lestari di Kota Balikpapan.
“Pada malam itu kami juga menanyakan kira-kira besok tanggal 7 itu pesawat ke Palu jam berapa. Petugas hanya mengatakan akan dikabari dan meminta kami untuk bersabar. Dan kamipun menerima dengan lapang dada penjelasan itu,” lanjutnya lagi.
Keesokan harinya sabtu 7 november 2015 tanpa ada pemberitahuan namun rombongan sudah siap menunggu di lobi hotel menunggu jemputan. Pihak maskapaipun datang menjemput semua penumpang namun dengan menggunakan 4 buah mobil dimana setiap mobil hanya bisa mengangkut 4 orang penumpang sehingga masih ada 8 orang anggota kontingen yang menunggu jemputan di Hotel.
Rombongan yang berjumlah 10 orang bersama penumpang lainnya diantar ke bandara. Ternyata pesawat yang akan ditumpangi yakni Lion Air JT 0679 sudah bersiap berangkat karena waktu boarding 10.30 wita. Kontingen diminta untuk segera naik pesawat. Ketika di dalam pesawat ternyata anggota yang lain belum datang juga maka rombongan yang 10 orang memilih untuk turun dari pesawat.
“Hal ini kami lakukan karena ketua kontingen FPTI Sulawesi Tengah yakni pelatih kami termasuk yang belum dijemput, sementara pesawat yang akan kami tumpangi tidak langsung menuju Palu melainkan masih akan transit lagi di bandara Hasanuddin Makassar. Kami bersikeras untuk turun dari pesawat, karena siapa yang akan bertanggung jawab ketika nantinya di makassar kami kembali terlantar karena terpisah dengan anggota kontingen lainnya,” jelasnya Nur Lela.
Akhirnya rombongan diberangkatkan dari bandara Sepinggan Balikpapan pada tanggal 7 November 2015, jam 21.30 dan tiba di Palu jam 22.45 malam. (Lia Somba)