Jumat, 7 Februari 2025

Pada Bung Karno Kita Bercermin

Ditengah Penjajahan Kolonialisme Belanda pada 6 Juni 1900, seorang perempuan, Ida Ayu Nyoman Rai, yang sehari-hari dipanggil Nyoman, melahirkan seorang putra bernama Soekarno. Pada 1 Juni 1945, dihadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Soekarno, pertama kali berpidato tentang Pancasila yang selanjutnya menjadi dasar Ideologi Negara Republik Indonesia. Sehingga Setiap 1 Juni dikenal sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Ia menjadi menjadi Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang berdiri pada 17 Agustus 1945. Pada 22 Juni 1966 Soekarno dipaksa meletakkan jabatan lewat penolakan oleh MPRS atas Pidato Pertanggung Jawaban Presiden Soekarno,–setelah sebuah kudeta militer yang didukung Amerika Serikat pada 30 September 1965.  Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta pada 21 Juni 1970. Sebagai penghormatan terhadap Bulan Bung Karno, selama sebulan Bergelora.com akan menurunkan berbagai tulisan tentang Bung Karno.

 

Oleh : Muhyi*

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno adalah sosok yang tak pernah usai untuk belajar. Sejak muda sampai akhir hayat selalu berfikir cara untuk lebih mensejahterakan rakyat dan membangun tatanan keadilan buat semua umat manusia. Perjuangannya tidak pernah usai bahkan ajarannya sampai saat ini tetap hidup dan dipelajari dan dikaji. Tentu saja zaman masa remaja dan pemuda Bung Karno dipengaruhi dengan berbagai pergolakan di tanah air bahkan Dunia.

Pada saat itu perjuangan rakyat di Hindia Belanda (nusantara) baru memasuki abad pencerahan. Bentuk perjuangan yang tadinya sporadis. Abad 20 awal masih menyimpan patriotisme perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponogoro di Jawa dan berbagai perang lainnya di daerah-daerah lainnya. Kebijakan kolonial Belanda di Indonesia memasuki abad politik etis,–yang dipelopori kaum lkiberal dan sosial demokrat di negeri Belanda. Sehingga kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul mulai terbukan di Indonesia.

Kebebasan tersebut melahirkan pertumbuhan organisasi, serikat buruh, para pemikir, organizer, aktivis dari gerakan sosial sampai gerakan politik. Latar belakang ini yang mempengaruhi Soekarno yang kebetulan kos di rumah HOS Cokroaminoto di Surabaya. HOS Cokroaminoto pada waktu itu sudah menjadi pimpinan dari Serikat Islam, sebuah organisasi massa dibidang sosial ekonomi yang belakangan menjadi sangat politis. Bersama Soekarno, anak-anak kos di rumah Cokroaminoto yang lain adalah,  Sekarmadji Kartosuwiryo dan Muso dan beberapa pemuda lainnyanya yang belakangan menjadi penggerak gerekan menuju Kemerdekaan Indonesia.

Lingkungan itulah yang membuat para pemuda termasuk Bung Karno menjadi tertempa oleh situasi pergerakan. Dengan bekal ilmu yang ditimba dari lingkungan tersebut Bung Karno mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjuangan untuk merebut kemerdekaan. Dirinya kemudian memilih sekolah di sekolah tehnik yang sekarang menjadi Intitute Tehnologi Bandung (ITB) di Bandung. Kuliah tidak melepaskan niat Bung Karno untuk tetap terlibat dalam pergerakan. Diskusi, rapat-rapat, pengumpulan massa bahkan aksi-aksi demonstrasi merupakan dunia aktivis termasuk Bung Karno di Bandung.

Lingkungan semacam inilah yang sudah tidak ada dimasa sekarang. Ditengah kebebasan demokrasi liberal saat ini, justru niat untuk belajar dan berjuang menjadi menipis didominasi kehidupan hedonis dan pragmatis dikalangan anak muda dan mahasiswa. Berbagai fasilitas komunikasi dari handphone sampai internet tersebdia untuk menjelajah sampai dipelosok dunia manapun. Namun yang hilang saat ini adalah spirit dan ideologi patriotisme dan nasionalisme yang progresif revolusioner. Sehingga, walaupun dunia telah terbuka oleh demokrasi liberal, namun dekadensi moral justru menghegemoni dikalangan kaum muda. Padahal penindasan terus berlangsung sampai hari ini di depan mata berupa, penghisapan buruh, perampasan tanah, perampasan hak-hak mendasar rakyat dibindang pendidikan dan kesehatan, kemiskinan merajalela. 90 persen wilayah Indonesia dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing.

Spirit patriotisme dan nasionalisme yang progresif dan revolusioner di jaman Soekarno lahir dari perlawanan rakyat yang terus menerus tiada henti melawan kolonialisme penjajah. Saat ini tidak semua perlawanan rakyat ditutupi oleh kuatnya kampanye keberhasilan sistim kapitalis lewat media-media massa cetak maupun elektronik. Kalaupun ada perlawanan rakyat yang cukup keras, maka dengan mudah pemerintah yang juga dari bangsa sendiri memenangkan isu dengan stempel perusuh, teroris, komunis, melanggar hukum dan lain sebagainya,–yang sebetulnya sama dengan yang dulu dilakukan pemerintah kolonial Belanda pada Soekarno dan kawan-kawan.

Bung Karno memberikan nilai tambah yang sangat besar buat arti Kemerdekaan. Bung Karno yakin sekali bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari bangsa lain. Nilai-nilai ajarannya masih up to date sampai saat ini.

Saat ini justru rezim-rezim penguasa dan para politisi mendegradasikan dan melucuti arti kemerdekaan. Berbagai Undang-undang dan peraturan dibuat justru menyengsarakan rakyat. Salah satunya adalah Undang-undang Sistim Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang didukung oleh seratus persen partai politik di DPR, LSM, Serikat-serikat buruh dan Pemerintah dari Megawati Soekarnoputri sampai Soesilo Bambang Yudhoyono. Akibatnya adalah rakyat kehilangan hak dasarnya atas perlindungan kesehatannya. Kewajiban negara untuk melindungi rakyat telah menjaddi kewajiban rakyat untuk membayar iuran dan co-sharing kalau pembiayan tidak ditanggan BPJS. Kalau tidak mampu bayar iuran dan co-sharing, rakyat silahkan mati karean tiak akan mendapatkan pelayanan kesehatan.

UU SJSN dan UU BPJS hanya salah satu dari ratusan undang-undang yang menyengsarakan rakyat. Tapi yang paling penting saat ini, para politisi DPR dan rezim-rezim berkuasa harus bertanggung jawab terhadap amandemen UUD’45 yang telah melucuti kedaulatan, kemandirian dan kepribadian Indonesia yang termaktib di dalam doktrin Tri Sakti Bung Karno.

Ajaran-ajaran Bung Karno saat ini menjadi up to date sebagai cermin pembanding,–untuk bertanya,–apakah saat ini rakyat dan bangsa Indonesia sudah merdeka seperti yang diiningkan para pendiri bangsa? Apakah generasi saat ini akan terus berdiam diri melihat kemerdekaan yang direbut dengan darah dan air mata jutaan rakayt Indonesia,–harus melenyap disapu bersih oleh kapitalisme?

Sebagai founding father atau bapak bangsa, Soekarno bersama dengan bapak-bapak bangsa Indonesia seperjuangan lain telah mengantarkan  bangsa Indonesia dalam masa kemerdekaan dengan perjuangan tenaga, harta benda dan nyawa secara ikhlas dan tulus berjuang tanpa pamrih untuk kehidupan yang lebih baik buat seluruh bangsa Indonesia.

Bukankah kita akan malu jika berjuang dengan berhitung untung rugi dan hanya mementingkan diri sendiri ? Sebagian orang bercita-cita masuk menjadi politisi bukan untuk memperbaiki bangsa ini, melainkan untuk iktu serta dalam perampokan sistimatis yang dibangun oleh sistim kapitalisme saat ini. Banyak anak muda, masuk menjadi angggota DPR atau menjadi eksekutif agar bisa korup memperkaya diri sepuas-puasnya. Mereka masa bodoh terhadap undang-undang titipan kaum kapitalis Internasional yang membutuhkan legitimasi untuk menjarah tanah dan air wilayah Indonesia.

Saat ini secara umum sudah banyak nilai-nilai yang di bangun oleh Bung Karno yang sudah luntur, Khususnya di Madura sudah jarang terdengar gaung dan semangat perjuangan sang proklamator ini. Para pemuda dan pemudi sudah banyak yang sibuk dengan hal yang berbau glamour dan individualistis, Jiwa sosial sudah hampir luntur.

Kenangan atau memori tentang semangat Bung Karno mungkin hanya di sebagian kecil teman-teman mahasiswa yang masih menghargai dan melestarikan semangat Bung Karno melalui organisasi kemahasiswaan dan organisasi kepemudaan.

Sangat memprihatinkan sekali dan sangat miris kondisi ini. Sang proklamator yang seharusnya menjadi role model untuk kemajuan bangsa ini justru semakin di tinggalkan dan di lupakan.

Tetapi perjuangan belum usai dan tidak ada kata menyerah. Akan lahir pemuda, pemudi, bapak, ibu yang penuh perjuangan mengisi kemerdekaan ini baik untuk bangsa Indonesia maupun untuk kemanusiaan secara universal.

Soekarno adalah salah seorang yang memberikan tonggak, dan akan ada soekarno-soekarno lain yang kan memberikan tonggak lagi untuk kehidupan lebih baik di masa depan.

Generasi muda jangan pernah melupakan jasa dan pengorbanan Bung Karno, karena negara ini dibangun dan dilandasi oleh ide-ide dan gagasan beliau. Kita juga sebaiknya jangan mensia-siakan waktu masa muda ini, dan terus belajar demi kebaikan diri sendiri dan orang-orang di sekeliling kita, bangsa dan negara. Pada Bung Karno dan kawan-kawan tidak cukup kita mengenang, tapi mari bercermin dan bergerak agar menjadikan cita-cita kemerdekaan 1945 sebagai suluh perjuangan. Mari berjuang terus bergandengan tangan dan jangan menyerah.

*Penulis adalah aktivis pemuda dan Ketua Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Bangkalan, Madura

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru