JAKARTA – Menko Polhukam Mahfud MD mengakui banyak kejanggalan tewasnya Brigadir J atau Brigadir Nopryansah di Rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.
Menko Polhukam pun tak percaya keterangan polisi dalam kasus ini dan Mahfud MD menyebut kejanggalan itu muncul dari penjelasan Polri sendiri yang tak jelas hubungan antara sebab dan akibat setiap rantai peristiwanya.
Menko Polhukam Mahfud MD angkat bicara terkait kasus ini, Rabu (13/7) melalui Instagram pribadinya. Mahfud MD sepakat banyak kejanggalan yang muncul dalam peristiwa baku tembak ini.
“Kasus ini memang tak bisa dibiarkan mengalir begitu saja karena banyak kejanggalan yang muncul dari proses penanganan, maupun penjelasan Polri sendiri yang tidak jelas hubungan antara sebab dan akibat setiap rantai peristiwanya,” ungkap Mahfud MD lewat akun Instagram pribadinya @mohmahfudmd, Rabu (23/7).
Mahfud MD menilai, kredibilitas Polri dan pemerintah dipertaruhkan dalam kasus baku tembak antar ajudan Kadiv Propam ini.
Dia telah menugaskan Sekretaris Kompolnas Benny J Mamoto untuk ikut bergerak mendalami perkara ini.
“Sebagai Ketua Kompolnas, saya sudah berpesan kepada Sekretaris Kompolnas Benny J Mamoto untuk aktif menelisik kasus ini guna membantu Polri membuat perkara menjadi terang,” tegasnya.
“Karena banyak kejanggalan yang muncul dari proses penanganan, maupun penjelasan Polri sendiri yang tidak jelas hubungan antara sebab dan akibat setiap rantai peristiwanya,” kata Mahfud, Rabu (13/7).
Menurut Mahfud, lebih dari satu tahun terakhir, Polri selalu mendapat penilaian atau persepsi positif yang tinggi dari publik, sesuai hasil berbagai lembagai survei.
“Kinerja positif pemerintah dikontribusi secara signifikan oleh bidang politik dan keamanan, serta penegakan hukum. Hasil survei terakhir Indikator Politik yang baru diumumkan kemarin misalnya mengatakan begitu,” katanya.
Maka itu, Mahfud lebih lanjut menilai apa yang dilakukan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit dengan membentuk tim investigasi untuk kasus ini sudah tepat
“Itu sudah mewakili sikap dan langkah pemerintah sehingga Kemenkopolhukam akan mengawalnya,” terangnya.
“Perkembangannya bagus juga karena selain membentuk tim, Kapolri juga sudah mengumumkan untuk menggandeng Kompolnas dan Komnas HAM guna mengungkap secara terang kasus ini,” tandas Eks Ketua Mahkamah Konstitusi itu.
Decoder CCTV Diganti
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, sementara itu Ketua RT 05/01 Komplek Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan Irjen Pol (Purn) Seno Sukarto (84) mengaku mengetahui adanya penggantian decoder CCTV yang terpasang di pos satpam komplek.
Proses penggantian decorder CCTV itu dilakukan sehari usai insiden baku tembak di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
“Decorder CCTV diganti hari Sabtu (9/7/2022), dari mereka (polisi) yang datang enggak pakai seragam,” bebernya kepada awak media saat ditemui di kediamannya yang berjarak sekira satu kilometer dari lokasi kejadian, Rabu (13/7).
“Saya tersinggung juga. Terang-terangan saja saya, enggak ada laporan, memerintahkan satpam seenaknya saja tanpa ada laporan RT,” imbuhnya.
Menurutnya, sejumlah CCTV yang terpasang di komplek perumahan polisi itu berpusat di pos satpam.
“Pusat CCTV di Pos semua. Yang ganti dari mereka (polisi), saya tahunya hari Senin (11/7),” terangnya.
Seno menyebut tidak ada warga maupun satpam yang mengetahui saat kejadian berlangsung, Jumat (8/7).
Katanya, warga dan satpam memang sempat mendengar suara letusan dari rumah Kadiv Propam Irjen Fredy Sambo.
Namun mereka mengira suara tersebut adalah ledakan petasan biasa.
“Jadi semuanya pada saat itu menyadari, mereka menganggap petasan bukan tembakan sehingga tidak ada tindak lanjut setelah mendengar itu biasa-biasa saja,” jelasnya. (Web Warouw)