MAKASSAR- Akumulasi kekecewaan mahasiswa Teknik Universitaqs Hassanudin (Unhas) atas keputusan yang diambil oleh pihak dekanat terkait pola pembinaan mahasiswa dan skorsing bagi puluhan anggota lembaga akhirnya berbuntut protes keras dari kalangan mahasiswa. Aksi protes yang terjadi belakangan ini tidak lain sebagai bentuk kejenuhan dari mahasiswa teknik atas sikap dekanat yang tidak juga memberikan ruang gerak bagi lembaga kemahasiswaan untuk bisa berkreasi melakukan aktifitas organisasi hal ini disampaikan oleh Ketua Senat Mahasiswa Teknik Unhas, Derry Perdana Munsil kepada Bergelora.com di Makasssar, Sabtu (22/8).
“Sejak tahun 2012 hingga sekarang belum ada solusi konkret yang lahir dan mengakhiri ‘perseteruan’ antara mahasiswa dan dekanat terkait pola pembinaan mahasiswa yang ideal. Kalau persoalan metodologi pembinaan mahasiswa, kami selalu siap mencari cara lain yang lebih humanis, anti kekerasan dan mengikuti tantangan zaman yang ada asalkan lembaga kemahasiswaan diikutkan dalam pengambilan keputusan bukan malah keputusan sepihak.,” ujanrya.
Muhammad Rizki selaku tim advokasi Senat Mahasiswa Teknik Unhas menyampaikan, sejak tahun 2012 hingga sekarang pihak dekanat sudah memberikan sanksi skorsing bagi ratusan mahasiswa teknik Unhas dikarenakan mengadakan kegiatan perekrutan/penyambutan anggota baru.
“Bagi dekanat seluruh mahasiswa teknik unhas yang lolos masuk di kampus tidak perlu diikutkan proses penyambutan apapun, mereka secara otomatis jadi anggota lembaga sekalipun tidak ikut proses penerimaan anggota. Sedangkan bagi kami, organisasi kampus itu lembaga formal yang memiliki mekanisme dan aturan main,” ujarnya.
Menurutnya, sejak tahun 2012 juga, dekanat terkesan phobia jika terjadi interaksi antara mahasiswa lama dengan mahasiswa baru hingga akhirnya dekanat sendiri mengeluarkan surat edaran untuk “mengharamkan” jika terjadinya interaksi antara senior dan junior.
“Akhirnya lembaga kemahasiswaan terkendala dalam melakukan pembinaan mahasiswa disebabkan ‘ancaman skorsing akademik’ bagi banyak mahasiswa baru yang ingin ikut dalam lembaga. Silahkan kita maknai sendiri apa dampak buruk bagi lembaga kemahasiswaan,” ujarnya.
Dalam kegiatan penerimaan dan pembinaan mahasiswa baru tahun 2015 ini menurutnya pihak rektorat unhas sendiri telah mengeluarkan surat edaran yang isi dalamnya memberikan kesempatan bagi lembaga kemahasiswaan selama 1 hari untuk mengisi kegiatan dalam P2MB ini.
“Namun sayangnya, pihak dekanat sendiri tidak memberikan lembaga kemahasiswaan ruang sekecil apapun untuk ambil bagian didalamnya. Terlebih lagi, kami sangat menyayangkan sikap dekanat yang memasang baliho besar dikampus Unhas Gowa yang isinya terkait kasus skorsing anggota lembaga bertepatan saat P2MB bagi mahasiswa baru,” ujarnya.
Derry juga menambahkan, kampus unhas Gowa sudah sangat bagus secara tampilan fisik tapi jangan hanya ukur sebatas itu. Bagi mahasiswa merupakan golongan intelek yang kerjanya tidak hanya diruang kuliah tapi juga aktif diluar kelas dan banyak memberikan sumbangsih ide positif bagi sekitar.
“Kami dilembaga kemahasiswaan tidak dibayar, tapi kami mau memikirkan bagaimana cara agar kedepan mahasiswa Teknik Unhas dapat bersaing secara global mengalahkan kampus lain melalui kegiatan-kegiatan yang lebih meningkatkan kapasitas ilmu dan softskill seluruh anggota,” ujarnya. (M.Riski)