JAKARTA – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky tengah berupaya melobi negara-negara NATO agar kompak menekan Rusia menyetujui persyaratan perdamaian Kyiv musim gugur ini.
“Untuk mencapai ini, kami membutuhkan sesuatu yang akan membantu kami mengakhiri perang ini, yaitu dengan memberikan tekanan yang menentukan pada Rusia untuk perdamaian sejati,” kata Zelensky, mengutip portal lokal Rusia, RT International.
“Mari kita jadikan musim gugur ini sebagai waktu untuk mengakhiri agresi Rusia – dengan cara yang akan mengakhiri perang dan memulihkan tatanan keamanan internasional yang andal,” imbuhnya.
Permintaan ini disampaikan oleh Zelensky setelah pihaknya merilis proposal perdamaian kepada pemerintah Rusia untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung sejak 2022.
Namun, usulan tersebut ditolak oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Ajudan Presiden Rusia mengatakan bahwa Moskow tidak akan mengadakan pembicaraan damai dengan Kyiv, menyusul serangan lintas perbatasan Ukraina ke wilayah barat Rusia.
Penolakan ini mendorong Zelensky untuk merapat ke sekutunya, mencari dukungan guna menekan Rusia agar menyetujui persyaratan perdamaian Kyiv pada musim gugur ini.
Dalam kesempatan tersebut, Zelensky juga mendesak negara-negara Barat untuk membantu mengatur produksi senjata bersama di tanah Ukraina, termasuk pesawat nirawak dan rudal.
“Untuk mencapai hal ini, kami membutuhkan pendanaan. Kami siap untuk segera memproduksi segala sesuatu yang akan membantu kami mengakhiri perang ini,” tegas Zelensky.
Sebagai informasi, penolakan seperti ini bukan kali pertama dilakukan oleh Rusia. Sebelumnya, pada musim semi 2022, Moskow juga menolak mentah-mentah negosiasi perdamaian yang diajukan oleh Kiev.
Moskow menyatakan, tuntutan Zelensky untuk mengembalikan Ukraina ke perbatasan tahun 1991 sama sekali tidak dapat diterima. Alhasil, perang antara Moskow dan Kiev kembali berkecamuk.
Ukraina Babak Belur
Dalam beberapa bulan terakhir, Kiev telah mengalami kemunduran di medan perang, terutama karena pasukan Rusia terus membuat kemajuan di Donbass dan bergerak menuju kota Pokrovsk.
Minggu ini, garis depan Ukraina yang secara strategis penting di sebelah barat DPR dilaporkan berhasil ditembus oleh pasukan Rusia.
Situasi kian memanas, bahkan membuat tepi Pokrovsk digambarkan sebagai kegagalan pertahanan total bagi militer Ukraina.
“Pokrovsk telah digambarkan sebagai kegagalan pertahanan total bagi militer Ukraina,” ujar Alexander Kovalenko, seorang analis militer di kelompok Perlawanan Informasi yang berpusat di Kiev.
Pakar militer lainnya, termasuk mereka yang berada dalam kelompok Deep State, juga melontarkan pernyataan serupa.
Dalam laporannya, mereka menggambarkan situasi di garis depan Ukraina sebagai kekacauan total, lebih parah dibandingkan kondisi di bulan-bulan sebelumnya.
Imbas dari serangan Rusia di garis depan dekat Pokrovsk yang semakin membabi buta, Komandan utama perang Ukraina, Aleksandr Syrsky, juga mengakui bahwa situasi di garis depan dekat Pokrovsk “sangat sulit.”
Zelensky Minta Senjata Lagi
Terpisah, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin mengumumkan, AS telah memberikan suntikan dana militer tambahan ke Ukraina senilai 250 juta dolar AS.
Bantuan dana ini dikirimkan setelah Ukraina berulang kali melobi AS agar mau membantu Kiev menghadapi kemajuan pasukan Rusia di timur negara itu.
“Presiden AS Joe Biden akan menandatangani paket bantuan keamanan baru senilai 250 juta dolar AS untuk Ukraina, yang akan meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan Ukraina yang terus berkembang,” kata Lloyd Austin.
Tak berhenti di situ, Zelensky juga meminta sekutunya untuk mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh, tidak hanya di wilayah Ukraina, tetapi juga di wilayah Rusia.
“Kita perlu memiliki kemampuan jarak jauh ini, tidak hanya di wilayah Ukraina yang terbagi, tetapi juga di wilayah Rusia, sehingga Rusia termotivasi untuk mencari perdamaian,” kata Zelensky, seperti diberitakan Al Jazeera.
Putin Tak Mau Nyerah sampai Kita Hancur
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Zelenskyy berbicara pada hari pembukaan The European House-Ambrosetti, yang diadakan di Kota Cernobbio, Italia utara.
“(Presiden Rusia Vladimir) Putin sedang mencoba meluncurkan lebih banyak rudal untuk membunuh lebih banyak anak.”
“Kami berusaha mempertahankan diri sebaik mungkin, namun mereka juga menyerang dengan rudal balistik yang datang dari Iran,” ujar Zelenskyy, mengutip Palestine Chronicle.
Adanya hal tersebut, lanjut Zelenskyy, membuat Ukraina membutuhkan sekutu yang memiliki posisi kuat dalam setiap perundingan di masa depan.
“Saya pikir Putin tidak mau menyerah sampai dia menghancurkan kita. Bagaimana Anda bisa memulai dialog dengan latar belakang ini,” ujarnya.
Mengenai dukungan Italia terhadap Ukraina, dia berkata bahwa Italia sudah banyak membantu Ukraina.
“Italia melakukan segalanya, bersama kami untuk meneruskan formula perdamaian. Kyiv tidak meminta apa pun lebih dari apa yang telah atau sedang dilakukan oleh negara Anda atau negara lain,” lanjutnya.
Sementara diberitakan Sky News, Iran telah mentransfer ratusan rudal ke Rusia.
Langkah tersebut yang dilaporkan melibatkan lebih dari 200 rudal akan menandai peningkatan signifikan dukungan militer Iran kepada Moskow, jika hal ini terkonfirmasi.
Bill Burns, direktur CIA, ditanya tentang klaim tersebut ketika dia muncul di sebuah acara di London bersama mitranya dari Inggris, Sir Richard Moore, kepala MI6.
Dia tidak mengkonfirmasi tuduhan tersebut, namun mengatakan:
“Jika Iran mengirimkan rudal balistik itu akan menjadi peningkatan dramatis dari sifat kemitraan pertahanan.”
Sumber Ukraina mengatakan sebuah kapal Rusia mengirimkan rudal Fatah 360 yang masing-masing memiliki jangkauan lebih dari 70 mil ke pelabuhan Rusia di Laut Kaspia.
Diperkirakan amunisi tersebut sekarang akan menjalani pengujian.
Militer Rusia kemudian akan melakukan pelatihan terhadap pasukannya, sebelum mereka meluncurkan rudal itu untuk melawan Ukraina.
Iran telah lama dikhawatirkan memasok rudal balistik ke Rusia.
Rezim Iran telah memasok drone penyerang serta peluru artileri dan amunisi dalam jumlah besar, membantu meningkatkan daya tembak Rusia di medan perang hingga menimbulkan dampak yang menghancurkan. (Web Warouw)